PRAMUKA.ID – Moderasi beragama saat ini menjadi pilihan paling ideal bagi kehidupan beragam di Indonesia. Di dalam moderasi beragama menemukan persamaan diantara perbedaan menjadi lebih penting dibandingkan dengan mempertajam perbedaan, yang cenderung melahirkan sikap eksklusif dan permusuhan. Kita sudah terlalu lelah oleh narasi-narasi yang mempertajam perbedaan, yang pada akhirnya membuat bangsa ini makin terbelah oleh sikap egoism kelompok per kelompok.
Moderasi beragama berdasar pada sikap moderat, yaitu menjauhi sikap, kata dan perbuatan yang cenderung ekstrem, dengan menemukan jalan tengah yang lebih bernuansa damai dan sejuk. Moderasi beragama adalah semacam bentuk perlawanan terhadap radikalisme pemikiran dan perbuatan yang mengatas-namakan agama. Tidak menjadikan musuh yang berbeda pandangan, namun justru menjadi teman sejalan di dalam konteks berbangsa dan bernegara.
Gerakan Pramuka seyogyanya berada di garis terdepan di dalam kampanye dan perilaku moderasi beragama. Ada empat pilar moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan, sikap toleransi, anti kekerasan dan penghormatan terhadap tradisi dan budaya. Kesemua pilar moderasi beragama itu sejalan dengan slogan Gerakan Pramuka, yaitu “suci dalam pikiran, perkataaan dan perbuatan”. Kata “suci” di dalam kalimat slogan Pramuka itu melambangkan pikiran dan sikap anti kekerasan atau permusuhan, juga penerimaan dan rasa hormat kepada pihak lain. Sebab sejujurnya pikiran dan perilaku yang “tidak suci” lebih mengarah kepada permusuhan dan penolakan terhadap yang tak sejalan.
Gerakan Pramuka memiliki apa yang disebut sebagai “Trisatya Pramuka”. Di dalam janji setia Pramuka itu tertulis pada urutan pertamanya “Menjalankan kewajibanku kepada Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila”. Jika bagian itu ditelaah lebih jauh lagi maka akan segera tersirat adanya nuansa moderasi beragama di dalamnya. Menjalankan kewajiban kepada Tuhan di dalam koridor NKRI dan Pancasila. Jika saja bagian NKRI dan Pancasila tak ada maka menjalankan kewajiban kepada Tuhan akan mengarah kepada eksklusivisme, yang jauh dari sikap moderat.
Berdasarkan data kepolisian, pada tahun 2019 tercatat sebanyak 600 pelajar di Bandung terpapar paham radikalisme. Ini sebuah data yang tentu sangat memprihatinkan. Pada situasi semacam inilah kita melihat besarnya peran Gerakan Pramuka di dalam pembentuka karekter bangsa, terutama bagi kalangan muda.
Gerakan Pramuka bisa membantu memberikan pemahaman secara lebih jernih tentang bagaimana seharusnya ajaran agama dijalannya oleh para pemeluknya, tanpa harus menumbuhkan rasa tak suka, marah bahkan kebencian terhadap pihak lain yang tak sejalan. Gerakan Pramuka mampu lebih berperan di dalam penerapan konsep moderasi beragama di Indonesia.
Mengutip seorang ahli agama, Gerakan Pramuka selayaknya “menjadi lilin yang menerangi kebersamaan, bukan sekedar mengutuk kegelapan”.
***
Tentang Penulis :
Kombes Pol. (Purn) Muhamad Zarkasih, Andalan Nasional Komisi Bela Negara | Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Pramuka tingkat Daerah, Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DKI Jakarta.
JOTA-JOTI
Rainas XII


















